BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata to Inquire (inkuiri) yang berarti ikut
serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi,
dan melakukan penyelidikan. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang
tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa
berkembang secara utuh, baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh
karena itu, dalam proses perencanaan pembelajaran guru bukanlah mempersiapkan
sejumlah materi yang harus dihafal, tetapi merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.[1]
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, model
pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analistis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
B.
Tujuan Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis,
logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri juga untuk membangkitkan rasa ingin
tahu peserta didik. Dorongan itu melalui proses merumuskan pertanyaan, merumuskan
masalah, mengamati, dan menerapkan informasi baru dalam meningkatkan pemahaman
mengenai sesuatu masalah.[2]
Tujuan utama model pembebelajaran inkuiri untuk membuat siswa
menjalani suatu proses bagaimana pengetahuan diciptakan. untuk mencapai tujuan
ini, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang misterius, belum diketahui tetapi
menarik. Namun harus diingat masalah tersebut harus didasarkan pada suatu
gagasan yang memang dapat ditemukan bukan mengada-ada.
Model pembelajaran Inkuiri ini penting untuk mengembangkan nilai
dan sikap yang dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti:
1.
Keterampilan
melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data, merumuskan dan
menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena.
2.
Kemandirian
belajar
3.
Keterampilan
mengekspresikan secara verbal
4.
Kemampuan
berpikir logis, dan
5.
Kesadaran
bahwa ilmu bersifat dinamis dan tetatif[3]
Pelaksanaan pembelajaran model Inkuiri ini mempunyai prinsip yang
harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip tersebut yaitu.
1.
berorientasi
pada pengembangan intelektual
Model pembelajaran inkuiri ini model pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan berpikir. Dengan demikian model pembelajaran ini selain
berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri
bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan
tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu yang pasti.
2.
Prinsip
interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi
antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran ini menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar akan tetapi tugas guru untuk mengarahkan siswa agar siswa bisa
mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3.
Prinsip
Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam model pembelajaran inkuiri
adalah guru sebagai penanya. Guru sebagai penanya dalam model pembelajaran ini
karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir. Berbagai jenis dan teknik bertanya
perlu dikuasai oleh guru.
4.
Prinsip
Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
juga proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kanan maupun otak
kiri.
5.
Prinsip
keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala
sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu di berikan kebebasan
untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan
hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.[4]
C.
Impelementasi Model Pembelajaran Inkuiri
Secara umum, proses proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut.
a.
orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini, guru mengkondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang
sangat penting. Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada
kemampuan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini
adalah sebagai berikut.
1.
menjelaskan
topic, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
2.
Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
3.
Menjelaskan
pentingnya topic dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
b.
Merumuskan
masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada sesuatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan
teka-teki dalam rumusan maslaah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu
ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses
mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, melalui
proses tersebut, siswa akan memperoleh pengalaman yang sanagt berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c.
Mengajukan
hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang
dikaji.
d.
Mengumpulkan
data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
e.
Menguji
hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikannya. Disamping itu, menguji
hipotesis juga berrati mengembangkan kemmapuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
f.
Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.[5]
Contoh
pembelajaran yang diterapkan guru dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
Seorang
guru IPA akan mengajarkan tentang perbedaan berat jenis antara air dan bensin.
Setelah ia menyampaikan pkok bahasan kepada siswa yang diajarnya, guru tersebut
kemudian menuangkan bensin dari dalam botol yang sengaja ia bawa ke dalam
sebuah cangkir yang ada di mejanya. Setelah itu kemudian ia juga menuangkan air
ke dalam tempat yang sama. Sambil berlagak seorang pesulap, pak guru kemudian
menyalakan api, dan meletakannya diatas cairan itu. Api pun menyala. seluruh
siswa merasa heran melihat peristiwa itu. Secara serentak mereka bertanya:
“Mengapa bisa terjadi seperti itu? Bukankah bensin itu ada dibawah air?”
Pak
gur IPA tersenyum sambil mengangkat bahunya.
“Ya,
mengapa api bisa menyala diatas air?” kata salah seorang siswa.
“Ya,
Mengapa?” timpal pak guru. “Coba siapa yang dapat menebak kira-kira apa
sebabnya!”
Seluruh
siswa tampak seperti berpikir. Tiba-tiba seorang siswa bertanya sambil
mengacungkan tangannya, “Apakah air yang bapak tuangkan tadi lebih banyak
dibandingkan bensin?”
“oh,
tidak… “ jawab pak guru.
“Apakah
itu disebabkan karena air bercampur dengan bensin?”
“Emh…
Bapak kira tidak, tuh…!”
seluruh
siswa terdiam sambil menatap nyala api yang kian mengecil dan akhirnya padam.
“Nah,
sekarang coba kalian lihat, api itu telah padam. Kita coba sekarang bakar
lagi…” kata pak guru sambil menyalakan kembali apinya dan meletakannya kembali
di atas cairan itu. Namun, ternyata api tidak mau menyala. “Ternyata tidak mau
menyalakan…!”
‘Ya…!”
kata siswa serempak.
“Apakah
cairan itu telah habis…?”
“Coba
kalian lihat sendiri!” kata pak guru sambil memperlihatkan tempat air. “Apa
yang kamu lihat…?”
“Cairannya
masih ada…!
“Cairan
apa yang masih ada itu?”
Kembali
siswa terdiam untuk beberapa saat. Pak guru menatap siswa sambil memancing
siswa untk menjawab atau mengeluarkan pendapat. Namun, tidak ada seorang pun
yang berkata.
“Nah,
kalau begitu bapak akan coba membakar kembali cairan ini” kata pak guru. Namun,
lagi-lagi api tidak mau menyala seperti pada demonstrasi yang pertama tadi.
Tiba-tiba
seorang siswa mengacungkan tangan sambil tersenyum. “Saya tahu jawabannya,
Pak!”
“Bagus,
coba apa?”
“Cairan
yang tersisa itu adalah air, Pak!”
“Kenapa
kamu bisa mengatakan demikian?”
“Sebab
bensin sudah habis terbakar.”
“Bagus.
Kembali pada permasalahan kita semula, mengapa ketika air dicampur dengan
bensin tadi terjadi nyala api…?
“Apakah
itu disebabkan karena bensin ada di ats air?”
“Pendapatmu
hampir tepat…!
“Bagaimana
jenis berat air dan bensin itu?”
“Bagus
coba kamu perjelas pertanyaannya!”
“Apakah
air memiliki berat jenis yang lebih berat dibandingkan dengan bensin?”
“Menurut
kamu bagaimana…”
Siswa
berpikir lagi.
“Saya
kira air memiliki berat jenis yang berbeda dengan bensin. Hal ini dapat
dibuktikan dari proses menyalanya api tadi…”
Pak
guru tersenyum puas, sambil mengangkat ibu jarinya.
Berdasarkan
contoh diatas pembelajaran ini menekankan kepaad proses mencari danmenemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam
pembelajaran ini adalah menemukan dan mencari sendiri materi pelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.[6]
D. Permasalahan dalam pelaksanaan KBM
Inkuiridalam pembelajaran dilandasi pandangan konstruktivisme,
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa .Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa
untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar.
Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar siswa sendiri.Dengan istilah ini, dapat dikatakan bahwa hakekatnya
kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak
mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi mereka
sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang digunakan
untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat ditentukan oleh
guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru. Pembelajaran
inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari belajar.Kemajuan
belajar terbaik terjadi dalam situasi kelompok.
pembelajaran inkuiri ini
menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan membimbing siswa untuk belajar. Dengan kata lain untuk siswa yang pintar
maka akan cepat dan mengerti dalam pembelajaran, tetapi untuk siswa yang daya
tangkapnya kurang akan menimbulkan kebingungan dan akan tertinggal jauh
pengetahuannya.[7]
E. Pemecahan masalah kendala dalam strategi pembelajaran inkuiri
Pemecahan masalah dalam kendala strategi
pembelajaran inkuiri adalah sebagai guru kita harus menerapkan cara, dengan
menyimbangkan situasi atau kondisi di setiap kelas, karena kita tidak tahu bagaimana
karakter dan kemampuansiswasatu persatu sehingga kita sebagai guru bisa
menyimbangkan kemampuan siswa di dalam kelas yang kita ajarkan tersebut.
Sebagai seorang guru kita dituntut untuk
memberikan pendidikan yang luar biasa agar siswa kita mengerti dan memahami apa
yang kita ajarkan dan mencerdaskan siswa-siswi kita agar mereka menjadi
generasi penerus yang berkualitas.[8]
F.
Metode yang Digunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri
a.
Metode
diskusi
Metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama
metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu kesimpulan.
b.
Metode
demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang
proses, satuan atau benda tertentu baik benda yang sebenarnya atau hanya yang
bersifat tiruan.
c.
Metode
tanya jawab
bertanya dapat dipandang sebagai
refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
G.
Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
Model Pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dan kelemahan
diantaranya:
1.
Keunggulan
a.
Pembelajaran
inkuiri pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi
ini dianggap lebih bermakna.
b.
Pembelajaran
inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
c.
Pembelajaran
inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
d.
Pembelajaran
ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
2.
Kelemahan
a.
Sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b.
memerlukan
waktu panjang[9]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Jika masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti yang telah digambarkan diatas, merupakan asas yang penting dalam strategi inkuiri. Melalui proses berpikir yang sistematis seperti diatas diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional dan logis yang kesemuanya itu diperlukan
Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Jika masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti yang telah digambarkan diatas, merupakan asas yang penting dalam strategi inkuiri. Melalui proses berpikir yang sistematis seperti diatas diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional dan logis yang kesemuanya itu diperlukan
sebagai dasar pembentukan kreativitas.
B. Saran
Strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada masalah yang akan dipecahkan dengan mengajukan hipotesis sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif bila guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan
Strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada masalah yang akan dipecahkan dengan mengajukan hipotesis sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif bila guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan
adalah proses belajar.
[1]Jumanta
Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter,
(Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2014), h. 31.
[2]Martinis Yamin,
Strategi Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Gorup, 2013), h.
75.
[3] Iif Khoiru
Ahmadi, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2011), h. 24-25.
[4]Wina sanjaya, Srategi
Pembelajarn Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana,
2008), h.199-201.
[5]Jumanta
Hamdayama, Model dan metode pembelajaran kreatif dan berkarakter, (Bogor: PT
Ghalia Indonesia, 2014), h. 34-35.
[6]Wina sanjaya, Srategi
Pembelajarn Berorientasi Standar Proses Pendidikan., op.cit h. 193-195.
[7]http://aldhoportofolio.blogspot.com/2009/05/strategi-pembelajaraninkuiri.
html/ DiaksesRabu 24-2016, 09:25.
[9]Wina sanjaya,
op. cit., h. 208-209.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar