Jumat, 06 Januari 2017

makalah model pembelajaran inkuiri



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata to Inquire (inkuiri) yang berarti ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh, baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu, dalam proses perencanaan pembelajaran guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.[1]
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analistis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

B.  Tujuan Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri juga untuk membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Dorongan itu melalui proses merumuskan pertanyaan, merumuskan masalah, mengamati, dan menerapkan informasi baru dalam meningkatkan pemahaman mengenai sesuatu masalah.[2]
Tujuan utama model pembebelajaran inkuiri untuk membuat siswa menjalani suatu proses bagaimana pengetahuan diciptakan. untuk mencapai tujuan ini, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang misterius, belum diketahui tetapi menarik. Namun harus diingat masalah tersebut harus didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan bukan mengada-ada.
Model pembelajaran Inkuiri ini penting untuk mengembangkan nilai dan sikap yang dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti:
1.    Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data, merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena.
2.    Kemandirian belajar
3.    Keterampilan mengekspresikan secara verbal
4.    Kemampuan berpikir logis, dan
5.    Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tetatif[3]
Pelaksanaan pembelajaran model Inkuiri ini mempunyai prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip tersebut yaitu.
1.    berorientasi pada pengembangan intelektual
Model pembelajaran inkuiri ini model pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir. Dengan demikian model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu yang pasti.
2.    Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran ini menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi tugas guru untuk mengarahkan siswa agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3.    Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam model pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Guru sebagai penanya dalam model pembelajaran ini karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh guru.
4.         Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar juga proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kanan maupun otak kiri.
5.         Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu di berikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.[4]

C.    Impelementasi Model Pembelajaran Inkuiri
Secara umum, proses proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini, guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemampuan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah sebagai berikut.
1.      menjelaskan topic, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
2.      Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
3.      Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

b.      Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada sesuatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan maslaah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, melalui proses tersebut, siswa akan memperoleh pengalaman yang sanagt berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c.       Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

d.      Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.

e.       Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikannya. Disamping itu, menguji hipotesis juga berrati mengembangkan kemmapuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
f.       Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.[5]
Contoh pembelajaran yang diterapkan guru dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
Seorang guru IPA akan mengajarkan tentang perbedaan berat jenis antara air dan bensin. Setelah ia menyampaikan pkok bahasan kepada siswa yang diajarnya, guru tersebut kemudian menuangkan bensin dari dalam botol yang sengaja ia bawa ke dalam sebuah cangkir yang ada di mejanya. Setelah itu kemudian ia juga menuangkan air ke dalam tempat yang sama. Sambil berlagak seorang pesulap, pak guru kemudian menyalakan api, dan meletakannya diatas cairan itu. Api pun menyala. seluruh siswa merasa heran melihat peristiwa itu. Secara serentak mereka bertanya: “Mengapa bisa terjadi seperti itu? Bukankah bensin itu ada dibawah air?”
Pak gur IPA tersenyum sambil mengangkat bahunya.
“Ya, mengapa api bisa menyala diatas air?” kata salah seorang siswa.
“Ya, Mengapa?” timpal pak guru. “Coba siapa yang dapat menebak kira-kira apa sebabnya!”
Seluruh siswa tampak seperti berpikir. Tiba-tiba seorang siswa bertanya sambil mengacungkan tangannya, “Apakah air yang bapak tuangkan tadi lebih banyak dibandingkan bensin?”
“oh, tidak… “ jawab pak guru.
“Apakah itu disebabkan karena air bercampur dengan bensin?”
“Emh… Bapak kira tidak, tuh…!”
seluruh siswa terdiam sambil menatap nyala api yang kian mengecil dan akhirnya padam.
“Nah, sekarang coba kalian lihat, api itu telah padam. Kita coba sekarang bakar lagi…” kata pak guru sambil menyalakan kembali apinya dan meletakannya kembali di atas cairan itu. Namun, ternyata api tidak mau menyala. “Ternyata tidak mau menyalakan…!”
‘Ya…!” kata siswa serempak.
“Apakah cairan itu telah habis…?”
“Coba kalian lihat sendiri!” kata pak guru sambil memperlihatkan tempat air. “Apa yang kamu lihat…?”
“Cairannya masih ada…!
“Cairan apa yang masih ada itu?”
Kembali siswa terdiam untuk beberapa saat. Pak guru menatap siswa sambil memancing siswa untk menjawab atau mengeluarkan pendapat. Namun, tidak ada seorang pun yang berkata.
“Nah, kalau begitu bapak akan coba membakar kembali cairan ini” kata pak guru. Namun, lagi-lagi api tidak mau menyala seperti pada demonstrasi yang pertama tadi.
Tiba-tiba seorang siswa mengacungkan tangan sambil tersenyum. “Saya tahu jawabannya, Pak!”
“Bagus, coba apa?”
“Cairan yang tersisa itu adalah air, Pak!”
“Kenapa kamu bisa mengatakan demikian?”
“Sebab bensin sudah habis terbakar.”
“Bagus. Kembali pada permasalahan kita semula, mengapa ketika air dicampur dengan bensin tadi terjadi nyala api…?
“Apakah itu disebabkan karena bensin ada di ats air?”
“Pendapatmu hampir tepat…!
“Bagaimana jenis berat air dan bensin itu?”
“Bagus coba kamu perjelas pertanyaannya!”
“Apakah air memiliki berat jenis yang lebih berat dibandingkan dengan bensin?”
“Menurut kamu bagaimana…”
Siswa berpikir lagi.
“Saya kira air memiliki berat jenis yang berbeda dengan bensin. Hal ini dapat dibuktikan dari proses menyalanya api tadi…”
Pak guru tersenyum puas, sambil mengangkat ibu jarinya.
Berdasarkan contoh diatas pembelajaran ini menekankan kepaad proses mencari danmenemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran ini adalah menemukan dan mencari sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.[6]

D.  Permasalahan dalam pelaksanaan KBM

Inkuiridalam pembelajaran dilandasi pandangan konstruktivisme, Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa .Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri.Dengan istilah ini, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru.  Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari belajar.Kemajuan belajar terbaik terjadi dalam situasi kelompok.
pembelajaran inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar. Dengan kata lain untuk siswa yang pintar maka akan cepat dan mengerti dalam pembelajaran, tetapi untuk siswa yang daya tangkapnya kurang akan menimbulkan kebingungan dan akan tertinggal jauh pengetahuannya.[7]

E.  Pemecahan masalah kendala dalam strategi pembelajaran inkuiri

Pemecahan masalah dalam kendala strategi pembelajaran inkuiri adalah sebagai guru kita harus menerapkan cara, dengan menyimbangkan situasi atau kondisi di setiap kelas, karena kita tidak tahu bagaimana karakter dan kemampuansiswasatu persatu sehingga kita sebagai guru bisa menyimbangkan kemampuan siswa di dalam kelas yang kita ajarkan tersebut.
Sebagai seorang guru kita dituntut untuk memberikan pendidikan yang luar biasa agar siswa kita mengerti dan memahami apa yang kita ajarkan dan mencerdaskan siswa-siswi kita agar mereka menjadi generasi penerus yang berkualitas.[8]
F.   Metode yang Digunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri
a.       Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu kesimpulan.
b.      Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang proses, satuan atau benda tertentu baik benda yang sebenarnya atau hanya yang bersifat tiruan.

c.       Metode tanya jawab
bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.

G.    Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
Model Pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dan kelemahan diantaranya:
1.      Keunggulan
a.       Pembelajaran inkuiri pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b.      Pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.       Pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d.      Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
2.      Kelemahan
a.       Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b.      memerlukan waktu panjang[9]





BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Jika masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti yang telah digambarkan diatas, merupakan asas yang penting dalam strategi inkuiri. Melalui proses berpikir yang sistematis seperti diatas diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional dan logis yang kesemuanya itu diperlukan
sebagai dasar pembentukan kreativitas.

B.       Saran
Strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada masalah yang akan dipecahkan dengan mengajukan hipotesis sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif bila guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan
adalah proses belajar.



[1]Jumanta Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2014), h. 31.
[2]Martinis Yamin, Strategi Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Gorup, 2013), h. 75.

[3] Iif Khoiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2011), h. 24-25.
[4]Wina sanjaya, Srategi Pembelajarn Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), h.199-201.
[5]Jumanta Hamdayama, Model dan metode pembelajaran kreatif dan berkarakter, (Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2014), h. 34-35.
[6]Wina sanjaya, Srategi Pembelajarn Berorientasi Standar Proses Pendidikan., op.cit h. 193-195.
[9]Wina sanjaya, op. cit., h. 208-209.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar