Kamis, 05 Januari 2017

PENGERTIAN GESTALT


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling penting. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan  pembelajaran bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik. Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan  bantuan guru, belajar dari buku atau dari media elektronik, belajar di sekolah, rumah, lingkungan kerja atau masyarakat. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Definisi lainnya yaitu, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa belajar memang selalu  berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Di dunia pendidikan guru memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan  pembelajaran. Guru memberikan pelayanan agar peserta didik belajar. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menjadikan siswa lebih aktif dibandingkan guru (student dominated class). Akan tetapi, pada umumnya mayoritas guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Guru lebih berperan aktif dibandingkan dengan peserta didik (teacher dominated class). Hal ini dapat menghambat perkembangan kognitif, afektif, dan  psikomotorik peserta didik.Peserta didik tidak dibiasakan berpikir kritis, dan kreatif. Hal ini juga dapat dipandang bahwa belajar hanya merupakan proses transfer pengetahuan yang dimiliki guru ke peserta didik, bukan membantu untuk mengembangkan penalaran  berpikir dan pemahaman konsep peserta didik.
            Menanggapi masalah tersebut diperlukan suatu teori belajar yang dapat mengembangkan potensi, penalaran berpikir, dan pemahaman konsep peserta didik, sehingga menjadikan peserta didik lebih aktif dibandingkan dengan guru. Berdasarkan uraian di atas penulis telah memandang perlunya menanggapi  permasalahan tersebut. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas teori  belajar, yaitu teori dan Gestalt. Makalah ini menyajikan  bagaimana proses pembelajaran menurut Gestalt, dan implikasinya  pada pembelajaran.
























BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa jerman yang tidak dapat diterjemahkan menjadi satu kata tunggal dalam bahasa inggris. Kata gestalt menggambarkan suatu konfigurasi atau bentuk yang utuh. Istilah gestalt mengacu pada sebuah objek atau figur yang utuh.[1] Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.

B.  Sejarah Lahirnya Teori Gestalt
Setelah J.B Watson, behaviorisme marak dikalangan psikologi Amerika dan sejak saat itu kebanyakan teiritisi besar, Guthrie, Skinner, dan Hull menjadi penganut behaviorisme. Serangan behavioristic terhdap metode introspektif dari Wundt dan Titchener menyebabkan introspeksionisme ditinggalkan sepenuhnya. Pada ssat yang hampir bersamaan, ketika kaum behavioris menyerang introspeksi di Amerika, sekelompok psikologi mulai menyerang penggunaanya di Jerman. Kelompok psikologi di Jerman ini menanamkan dirinya psikologi Gestalt. Jika gerakan behavioristic dianggap pertama kali diluncurkan lewat artikel Watson berjudul “Psyichology as the Behaviorist Views It”, yang muncul 1913, maka gerakan Gestalt dianggap pertama kali diluncurkan oleh artikel Max Wertheimer tentang gerakan, yang muncul pada 1912.
Tampaknya seluruh gerakan Gestalt muncul dari pemikiran Max Wertheimer ketika dia sedang naik kererta api menuju ke Rhineland. Di mendapat gagasan bahwa jika dua cahaya berkedip-kedip (hidup dan mati) pada tingkat tertentu, cahaya itu akan memberi kesan bagi pengamatnya bahwa satu cahaya itu bergerak maju dan mundur Setelah turun dari kereta dia membeli stroboscope (alat yang digunakan untuk menyajikan stimuli visual pada tingkat tertentu) yang dengannya dia melakukan banyak eksperimen sederhana di kamar hotelnya. Dia memperdalam gagasan yang muncul saat di kereta, yakni bahwa jika mata melihat stimuli dengan cara tertentu, penglihatan itu akan memberi ilusi gerakan, yang oleh Wertheimer dinamakan phi phenomenon. , kesan yang akan terjadi adalah akan Nampak bahwa garis itu bergerak maju dan mundur. Gerak yang disebut gerak stroboskopik ini merupakan gerakan yang semu, karena sesungguhnya cahaya itu sendiri tidak bergerak melainkan muncul berganti-ganti. Penemuan ini sangat berpengaruh terhadap sejarah psikologi.
Arti penting dari phi phenomenon adalah fenomena ini berbeda dari eleman yang menyebabkannya. Sensasi gerakan tidak dapat dijelaskan dengan menganalisis setiap unsur kedipan cahaya, yakni cahaya padam dan cahaya hidup; perasaan akan adanya gerakan akan muncul dari kombinasi kedua elemen itu. Karen asalasan ini, anggota aliran gestalt percaya bahwa walaupun pengalaman psikologi berasal dari elemen sernsoris (inderawi), namun pengalaman itu berbeda debgfan elemen sensoris itu sendiri. Dengan kata lain pengalaman fenomenologis (yakni gerakan yang kelihatan) berasal dari pengalaman sensoris (cahaya) tetapi tidak dapat dipahami dengan menganalisis komponen-komponen pengalaman fenomenal ini. Artinya, pengalaman fenomenologis adalah berbeda dari bagian bagian yang menyusun pengalaman tersebut.[2]
Jadi, Gestaltis, yang mengikuti tradisi Kantian, percaya bahwa organisme menambahkan sesuatu pada pengalaman, di mana sesuatu itu tidak ada dalam data yang diindra, dan sesuatu itu adalah tindakan menata (organisasi) data. Gestalt adalah kata Jerman yang berarti pola atau konfigurasi. Anggota aliran ini berpendapat bahwa kita mengalami dunia secara menyeluruh dan bermakna. Kita tidak melihat stimuli yang terpisah-pisah namun stimuli itu dikelompokkan bersama (diorganisasikan) ke dalam satu konfigurasi yang bermakna, atau gestalten (bentuk jamak dari gestalt). Kita melihat orang, kursi, mobil, pohon dan bunga. Kita tidak melihat derertan dan kontur dan serpihan warna. Medan persepsi kita adalah komposisi keseluruhan yang tertata, atau Gestalten, dan seharusnya dijadikan subjek penelitian psikologi.
Pandangan Gestaltis adalah “keseluruhan itu berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya” atau “membagi-bagi berarti mendistorsi.” Kita tidak dapat mendapat kesan penuh dari lukisan Mona Lisa dengan melihat gambar tangan kirinya dahulu, lalu gambar tangan kanannya, lalu hidungnya, mulutnya, dan kemudian berusaha menyatukan pengalaman melihat ini. Kita tidak dapat memahami pengalaman mendengar orkestra simponi dengan menganalisis kontribusi masing-masing musisi secara terpisah-pisah. Musik yang berasal dari orkestra adalah berbeda dengan jumlah music yang dimainkan oleh setiap musisi yang terlibat. Melodi memiliki kualitas music sendiri, yang berbeda dengan kualitas suara yang dihasilkan oleh berbagai alat musik yang menjadi unsur melodi tersebut.[3]   

C.  Tokoh-Tokoh Teori Gestalt
Adapun tokoh-tokoh teori gestalt antara lain:
1.    Max Wertheimer
Max Wertheimer lahir diprague/praha pada tanggal 15 April 1880 1880 dan meninggal 12 Oktober 1943 di New York. Dia belajar bersama Strumpf di Berlin selama beberpa tahun. Kemudian mendapat gelar doktoralnya dari Kuple diuniversity of Wurzburg pada tahun 1904-1910.
Wertheimer pergi ke institute psikologi university of Franfurt yang akhirnya dipertemukan dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka yang kemudian menjadi subjek eksperimennya.
Wertheimer merupakan kekuatan intelektual penuntun diantara para pendiri psikologi gestalt. Pada tahun 1933, dia pergi ke amerika serikat untuk menyelamatkan diri dari berbagai masalah yang terjadi di Jerman.
Disana dia menulis buku terkenalnya “productive Thinking” yang berisi tentang psikologi kognitif dalam prespeftif gestalt, yang dupublikasikan pada tahun 1945 setelah kematiannya oleh anaknya.[4]
2.    Wolfgang Kohler
Wolfgang Kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Re Val, Estonia. Dia menerima gelar Ph. Dan pada tahun 1908 dari university of Berlin. Kemudian menjadi asisten di Institute psikologi Frankfurt yang mempertemukannya dengan Max Wertheimer.
Tahun 1913 menadapat tugas belajar ke Antrhopoid Station, Tenerife di kepulauan Canary dan tinggal di sana sampai tahun 1920. Pada tahun 1917 ia menulis buku paling terkenalnya “intelegenzprufungen An Menschenaffen” yang kemudian diterjemahkan kedala bahasa inggris tahun 1925 dengan judul The Mentaly Of Apes. Pada tahun 1922 Kohler menjadi ketua dan direktur laboraturium psikologi di university Of Berlin dan tinggal disana sampai pensiun.[5]
3.    Kurf Koffka
Kurf Koffka lahir pada tahun 18 maret 1886 di Berlin. Dia juga mendapat gelar Ph. D dari university Of Berlin pada tahun 1909 dan juga  menjadi asisiten di Frankfurt.
Pada tahun 1911, Koffka pergi ke university Of Gressen dan mengajar di sana sampai tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “ Growt Of The Main: An Introduction To Child Psychology” (1912). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah artikel untuk psychology Bulletin yang memperkenalkan program gestalt kepada pembaca Amerika Serikat. Tahun 1927, koffka meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di Smith College dan mempublikasikan “Principles Of Gestalt Psychologi”.[6]
D.  Teori Kognitif Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang padanan artinya bentuk atau konfigurasi dalam dunia psikologi gestalt dimaknai sebagai kesatuan dan keseluruhan yang bermkana (a unified or meaningful whole). Pokok pandangan gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi.
Max Wertheimer yang meneliti tentang pengamatan terhadap apa yang sering kita alami, tetapi bukan merupakan bagian dari sensasi kita yang sederhana. Berbeda dengan penganut aliran behaviorisme pada saat itu, Wertheimer lebih memberikan penekanan kepada keseluruhan, whole. Keseluruhan jauh lebih penting dari pada jumlah semua bagian. Perilaku tidak ditentukan oleh salah satu unsur individual, perilaku ditentukan oleh sifat intrinsik dari keseluruhan.[7]
Di samping nama Max Wertheimer dikenal nama Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka sebagai pengembang teori gestalt. Wolfgang Kohler mengemukkan konsep belajar tilikan (insight learning) dengan memakai binatang coba seekor simpanse bernama Sultan.[8] Menurut pandangan ahli teori Gestalt semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman tentang adanya hubungan-hubungan terutama hubungan antara bagian terhadap keseluruhan. Tingkat kejelasan dan kemaknaan terhadap apa yang diamati dalam situasi belajar akan lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada melalui hukuman atau ganjaran. [9]
Wolgang Kohler dan Kurt Koffka dalam buku “The Mentality of Apes” (1925) dalam eksperimen menguji hipotesis Thorndike tentang Trial and Error yaitu bahwa dalam memecahkan suatu masalah, individu atau binatang akan melakukan perbuatan-perbiuatan secara acakan dan akhirnya secara kebetulan akan dapat memecahkannya. Dalam percobaan dengan simpanse ternyata, bahwa binatang itu memecahkan masalah secara tiba-tiba, karena, menurut Kohler, ia mendapat “Insight”, pemecahan dalam hubungan unsur-unsur situasi itu. Kohler membuat eksperimen-eksperimen dengan kera dan membuktikan bahwa pada kera pun terdapat pemahaman (insight).
Kunci dalam psikologi Gestalt, ialah insight. Belajar ialah mengembangkan insight pada anak dengan melihat hubungan antara unsur-unsur situasi problematis dan dengan demikian melihat makna baru dalam situasi itu. Belajar bukan sesuatu yang pasif, dalam belajar siswa mempunyai tujuan, mengadakan eksplorasi, menggunakan imajinasi bersifat kreatif.[10]
E.  Konsep Teoritis utama Gestalt
1.    Teori medan
Psikologi Gestalt dapat di anggap sebagai usaha untuk mengaplikasikan field theory (teori medan) dari fisika ke problem psikologi. Secara umum, field umum, field (medan) dapat dideskripsikan sebagai sistem yang saling terkait secara dinamis, di mana setiap bagiannya saling memengaruhi satu sama lain. Hal penting dalam suatu medan adalah bahwa tidak ada yang eksis secara terpisah atau terisolasi. Psikologi Gestalt menggunakan konsep medan ini di banyak level. Gestaltan itu sendiri, misalnya, dapat dianggap sebagai medan-medan kecil, lingkungan yang dipersepsi dapat dianggap sebagai suatu medan dan seseorang dapat dianggap sebagai sistem yang saling terkait secara dinamis. Psikologi gestalt percaya bahwa apapun yang terjadi pada seseorang akan memengaruhi segala sesuatu yang lain di dalam diri orang itu. Misalnya dunia akan tampak berbedabagi seseorang yang jempolnya kejepit pintu atau sakit mencret. Menurut psikologi Gestalt, penekanannya adalah selalu pada totolitas atau keselutuhan, bukan pada bagian-bagian.
Teori Gestalt ini dipandang sebagai usaha untuk mengaplikasikan field theory (teori medan). Teori ini dapat dideskripsikan sebagai system yang saling teerkait secara dinamis dan setiap unsur-unsurnya saling terkait satu sama lain. Teori ini digunakan dalam berbagai level pada konsep Gestalt. Psikologi Gestalt percaya bahwa apapun yang terjadi pada seseorang maka itu akan mempengaruhi segala sesuatu yang ada pada diri orang tersebut. Misalnya seseorang yang lidahnya kegigit tanpa sengaja, orang itu akan merasa perubahan dalam menjalani kesehariannya, misalnya tidak bisa menikmati makanan pedas karena perih jika terkena lidahnya.[11]
2.    Nature versus Nurture
Para Behavioris memandang otak sebagai penerima pasif dari sensasi yang nantianya akan menjadi respon. Menurut Behavioris sifat manusia ditentukan oleh segala sesuatu yang kita alami, sedangkan otak hanya sebagai penghubung. Akan tetapi penganut Gestalt mengatakan bahwa otak memberi peranan yang aktif. Menurut teoritis Gestalt, otak bereaksi terhadap sensoris yang masuk kedalam otak dan melakukan penataan serta membuat informasi itu bermakna. Ini adalah “sifat alami” dari otak ketika sensori masuk kedalam otak.[12]
Menurut Gestalsian otak akan menciptakan suatu medan yang mempengaruhi informasi yang masuk kedalam otak. Kekuatan inilah yang mengatur pengalaman sadar. Jadi apa yang kita alami sacara sadar, itu adalah informasi sensoris yang telah dikelolah oleh medan kekuatan dalam otak. Karena teori ini Gestaltian dipandang sebagai nativistik. Menurut behaviorian kemampun otak itu bakan karena pengalaman. Akan tetapi gestaltian juga menunjukkan bahwa kemampuan organisational otak bukan merupakan warisan.
F.   Hukum Teori Gestalt
1.    Hukum Pragnaz
Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian yaitu tentang suatu keadaan seimbang. Keadaan yang seimbang ini mencakup sikap-sikap keturunan, kesederhanaan, kestabilan, simetri dan sebagainya. Contohnya Ketika melihat awan, kerapkali kita menghubungkan dengan objek yang ada dalam pikiran kita sehingga menjadi sebuah bentuk yang mirip suatu objek nyata lainnya. Misalnya mirip wajah. Contoh lain, Pada sebuah iklan, coba kita ingat kembali iklan pop mie. Pertama yang kita lihat adalah isi iklan keseluruhannya, dengan menyajikan berbagai gambaran untuk mendeskripsikan pop mie dan pada akhirnya kita tau bahwa itu iklan pop mie dengan kemasan yang baru.
2.    Hukum-hukum tambahan
Ahli-ahli psikologi Gestlat telah mengadakan penelitian secara luas dalam bidang penglihatan dan akhirnya mereka menemukan bahwa objek-objek penglihatan itu membentuk diri menjadi Gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu. Menurut Koffka dan Kohler, ada prinsip-prinsip dapat dilihat pada hukum-hukum yaitu:




a.    Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship);
              https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/gestalt-chalice.jpg?w=300&h=287yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan     dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna  dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka  akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Pada gambar diatas jika kita melihat kipas putih yang besar, maka yang menjadi bentuk (figure) adalah kipas tersebut dan yang berwarnah hitam adalah latar (ground), demikan sebaliknya.
b.      Hukum Keterdekatan, yaitu Kedekatan (proxmity);
           https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/proximity.jpg?w=300&h=300bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. Contohnya: Ketika kita memasuki ruangan 302 USD Kampus 3, kita akan menemui banyak meja, tapi kita akan lebih mudah melihat banyak meja tersebut dengan pengelompokan meja yang telah diatur menjadi 3 baris.[13]
c.       Hukum Ketertutupan atau Ketertutupan (closure)
          https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/closure.jpg?w=300&h=300bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Contohnya: Ketika kita sedang membaca bacaan, yang saat itu huruf-hurufnya terpotong-potong karena tinta hasil fotocopy yang kurang jelas. Akan tapi pada akhirnya kita dapat membaca tulisan tersebut dengan memperkirakan huruf apa saja yang tertulis.
d.      Hukum Kesamaan atau Kesamaan (similarity);
         https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/law-of-similarity.jpg?w=300&h=300bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki. Pada contoh disamping, umumnya orang akan cenderung melihat delapan kolom yang vertical dibanding empat baris yang horizontal, sebab adanya kemiripan atau kesamaan yang membentuk arah vertical.[14]
e.       Arah bersama (common direction / continuity);
        https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/continuity.jpg?w=300&h=300bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi  sebagi suatu figure atau bentuk tertentu. Contoh disamping menunjukkan bahwa kita cenderung mengikuti aliran halus atau bentuk-bentuk yang berkelanjutan dan bukan bentuk yang terputus.[15]
G. Prinsip Belajar Gestalt
Karya yang signifikan tentang belajar oleh anggota Gestalt adalah karya Kohler. Dimana dia mengasumsikan bahwa ketika suatu organisme mengalami suatu masalah atau problem maka akan muncul suatu keadaan yang disebut disekuilibrium kognitif, keadaan ini terus berlanjut sampai maslah itu selesai. Sebab menurut teoritist gestalt, keadaan inilah yang memotifasi organisme berusaha untuk kembali menyeimbangkan mentalnya. Belajar, menurut Gestaltis adalah suatu fenomena kognitif di mana organisme “mulai melihat” suatu solusi, ketika ia telah memikirkan problemnya. Pembelajarannya adalah memikirkan segala unsur yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah dan menyusunnya menjadi suatu solusi yang kemudian mendukung solusi berikutnya hingga masalah itu terpecahkan. Hal ini bisa menjadi sebuah insight bagi organisme.[16]
Insight (wawasan) ini diperoleh jika seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalan situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan masalah, dimengertinya persoalan, inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang- ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight. Adapun timbulnya insight itu tergantung:
·      Kesanggupan, maksudnya kesanggupan atau kemampuan intelegensi individu
·      Pengalaman, karena belajar, berarti akan mendapat pengalaman dan pengalaman itu mempermudah mendapatkan insight.
·      Taraf kompleksitas dari suatu situasi, dimana semakin komplek situasinya semakin sulit masalah yang dihadapi.
·      Latihan, dengan banyaknya latihan akan dapat mempertinggi kesangupan memperoleh insght, dalam situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih.
·      Trial and eror, sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, sesorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.[17]
    https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/munn71c4-31.jpg?w=223&h=300Untuk menguji gagasan tentang teori belajar ini, Kohler menggunakan sejumlah eksperimen. Salah satu eksperimennya adalah problem memecahkan jalan memutar dimana hewan dapat melihat tujuannya tapi untuk mencapai tujuan itu dia harus mengambil jalur memutar. Dengan tipe problem semacam ini Kohler menemukan bahwa ayam amat kesulitan .
Percobaan yang kedua yang digunakan oleh Kohler mengharuskan untuk menggunakan alat untuk menjangkau objek yang diinginkan. Misalnya sebuah pisang diletakkan diluar jangkauan si minyet, sehingga monyet itu harus menggunakan tongkat agar cukup panjang untuk menjangkaunya. Dalam masing-masing kasus hewan tersebut mempunyai semua unsure yang digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
Gambar 1 menunjukkan bagaimana monyet bernama Chica menggunakan tongkat untuk menjangkau pisang.
Gambar 2 menunjukkan monyet bernama Grande yang menggunakan tumpukan peti untuk menjangkau pisang.
Gambar 3 menunjukkan bagaimanan monyet yang bernama Sultan, dalam eksperimen Kohler monyet ini adalah monyet paling cerdas  karena monyet ini menggabungkan dua tongkat untuk menjangkau buah pisang.
Gambar 4 menunjukkan Grande menggunakan struktur yang lebih kompleks dalam menyusun peti.
Gambar 5 menunjukkan bagaimana Chica menggunakan peti dan tongkat untuk mendapatkan buah.[18]
https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/kohler1.jpg?w=181&h=300https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/kohler-modeling-insight-apes.jpg?w=180&h=300
    https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/08kohlerapeinsight1.jpg?w=300&h=126
Berikut adalah prinsip-prinsip belajar Gestalt:
·      Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.
·      Belajar adalah suatu proses perkembangan
Materi dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila individu tersebut sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan dari individu dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu tersebut.[19]

·      Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional dan fisik individu.
·      Terjadinya transfer
Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam suatu situasi tertentu. Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik maka dapat dipindahkan pada kemampuan lainnya.
·      Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru. Dalam menghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki.
·      Belajar dengan insight
Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar unsurunsur yang terkandung dalam suatu masalah.
·      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa. Hal ini tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya.
·      Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Belajar dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu setiap waktu. [20]
Transposisi
Transposisi adalah suatu prinsip pemecahan masalah dalam satu situasi, kemudian diaplikasikan ke problem lain. Kohler mengadakan eksperimen dengan menggunakan ayam. Kohler awalnya memberikan makanan pada kertas yang gelap tetapi tidak memberi makanan pada kertas yang berwarna terang. Setelah training, pada eksperimen kedua ketika ayam diberi pilihan diantara kertas yang gelap dan kertas yang lebih gelap, ayam akan memilih kekertas yang lebih gelap.
https://honeyboy777.files.wordpress.com/2011/02/transposition.jpg?w=300&h=120
Gestaltian tidak memandang belajar sebagai pengembangan kebiasaan spesifik atau koneksi S-R. Menurut mereka apa yang dipelajari dalam situasi ini adalah prinsip relasional sebab ayam tersebut mendekati objek yang paling gelap dari dua objek tersebut.[21]
Pemikiran Produktif
Berpikir produktif adalah pemahaman tentang hakikat dari problem, belajar semacam itu berasal dari dalam individu dan tidak dipaksakan oleh orang lain, ia mudah digeneralisasikan dan diingat dalam jangka waktu yang lama. Pendekatan pertama yang dilakukan oleh Wertheimer menekankan pentingnya logika, baik itu logika induktif maupun deduktif yang menetapkan kaidah yang harus diikuti untuk mencapai suatu kesimpulan. Dalam mendapatkan pemahaman ini akan melibatkan banyak aspek dari diri si pembelajar, seperti emosi, sikap, dan depresi, serta kecerdasan. Pendekatan kedua adalah cara yang didasarkan pada doktrin asosiasionisme. Contohnya:
1.    siswa yang awalnya diperkenalkan persegi panjang, dan diajari mnghitung luas persegi panjang.
2.    Kemudian dia dihadapkan dengan jajaran genjang, dan dia diharapkan menghitung luas dari jajaran genjang tersebut.
3.    Siswa yang tadinya mempelajari tentang menghitung persegi panjang, menarik garis tegak lurus sehingga membentuk segitig. Kemudian segitiga itu dipotong kemudian digabungkan kesisi sebelahnya sehingga menjadi persegi. Dan ia menghitung luasnya dengan panjang kali lebar. Siswa yang melakukan hal ini akan mampu memecahakn berbagai problem dibandingkan siswa lainnya yang tidak tahu atau tidak memiliki wawasan seperti ini.
Wertheimer menekankan point yang sama yakni, belajar berdasarkan pemahaman akan lebih dalam dan lebih dapat digeneralisasikan ketimbang belajar yang hanya berdasarkan ingatan tanpa pemahaman. Agar benar-benar belajar siswa harus melihat hakikat atau struktur dari problem dan mereka harus melakukannya sendiri.
Contoh lain: seorang anak baru saja belajar tentang seorang tokoh yang bernama Scheuneun. Anak yang tahu bahwa konsonan “sch”, vocal “eu” yang dibaca “oi” itu identik dengan bahasa Jerman, maka anak itu akan mengetahui atau mengingat dengan baik tokoh tersebut dan darimana asalnya. Inilah yang disebut berpikir produktif.[22]
Jejak Memori
Koffka adalah teoritis Gestalt yang berusaha menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang lewat sebuah konsep yakni memory trace (jejak memori/ingatan). Jejak ingatan adalah suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi. Misalkan dalam memecahkan suatu masalah, maka solusi itu akan melekat dalam pikiran seseorang (jejak memori). Saat seseorang  diwaktu lain berada dalam suatu situasi, pemecahan masalah yang sama, akan muncul sebuah proses yang akan “berkomunikasi” dengan jejak dari pengalaman pemecahan masalh sebelumnya. Jejak inilah yang mempengaruhi proses yang sedang berlangsung dan memudahkan upaya pemecahan masalah.
Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
Contoh: seorang anak pernah dimarahi oleh ibunya ketika ia dengan tidak sengaja menjatuhkan vas bunga kesayangan ibunya. Ibunya memamarahinya hingga anak itu merasa sangat sedih. Ketika dalam keadaan sedih, temannya mengajak dia bermain. Ia merasa kesedihannya mulai berkurang karena disibukkan dengan bermain. Suatu ketika waktu dia beranjak dewasa, ia merasa amat sedih karena diputusin pacarnya. Ia pun mencoba menghibur diri dengan bermain ke tempat permainan seperti Time Zone bersama teman-temannya.Dalam contoh diatas anak itu mendapat solusi dari proses memory trace, yakni mengatasi kesedihan dengan menyibukkan diri dengan bermain.
H.  Aplikasi Teori Gestalt dalam Pembelajaran
Gestalt berpendapat bahwa problem yang tak terselesaikan akan menimbulkan keambiguitas atau ketidak seimbangan kognitif dalam pikiran, dan itu adalah kondisi yang tidak di inginkan maka itu proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.[23]
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
·      Pengalaman tilikan (insight)
·      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)
·      Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
·      Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
·      Transfer dalam Belajar: yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.[24]

I.     Kelebihan dan Kekurangan

Adapun Kelebihan teori Kognitif adalah sebagai berikut:
a.    Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
b.    Dapat meningkatkan motivasi.
Sedangkan Kekurangan teori kognitif adalah sebagai berikut :
a.   Untuk teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat    diukur hanya dengan satu orang siswa saja , maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan. Apabila kita menekankan pada keaktifan siswa, dan tidak dapat dipungkiri ada saja siswa yang tidak aktif dalam menanggapi suatu pelajaran, otomatis pembelajaran ini tidak akan berhasil secara menyeluruh  guru juga dituntut untuk mengikuti keaktifan siswa, kionsekuensinya adalah guru harus rajin mempelajari hal-hal baru.
b. Konsekuansinya terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus mendukung, agar siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari .












BAB III
PENUTUP

Simpulan
Gestalt berasal dari bahasa jerman yang tidak dapat diterjemahkan menjadi satu kata tunggal dalam bahasa inggris. Kata gestalt menggambarkan suatu konfigurasi atau bentuk yang utuh. Istilah gestalt mengacu pada sebuah objek atau figur yang utuh.
Adapun tokoh-tokoh teori Gestalt
·      Max Wertheimer
·      Wolfgang Kohler
·      Kurf Koffka
Kunci dalam psikologi Gestalt, ialah insight. Belajar ialah mengembangkan insight pada anak dengan melihat hubungan antara unsur-unsur situasi problematis dan dengan demikian melihat makna baru dalam situasi itu. Belajar bukan sesuatu yang pasif, dalam belajar siswa mempunyai tujuan, mengadakan eksplorasi, menggunakan imajinasi bersifat kreatif. Insight (wawasan) ini diperoleh jika seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalan situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan masalah, dimengertinya persoalan, inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang- ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
·      Pengalaman tilikan (insight)
·      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)
·      Perilaku bertujuan (purposive behavior)
·      Prinsip ruang hidup (life space)
·      Transfer dalam Belajar




[1]James F. Brennan, Sejarah Dan Sistem Psikologi, Terj. Nurmalasari Fajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), 293.
[2] B.R. Hergenhann Dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, Terj. Triwibowo B.S, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), Cet. Ke-5, h. 281.

[3] B.R. Hergenhann Dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, Terj. Triwibowo B.S, h. 281-282.

[4] C. George Boeree, Sejarah Psikologi: Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Masa Modern, Terj. Abdul Qodir Shaleh, (Yogyakarta: Prismasophie, 2000), 422.

[5]  C. George Boeree, Sejarah Psikologi: Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Masa Modern, Terj. Abdul Qodir Shaleh, H. 423.

[6] C. George Boeree, Sejarah Psikologi: Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Masa Modern, Terj. Abdul Qodir Shaleh, H. 424.

[7] Suryono Dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2014). H. 80.

[8] Tim Pengembangan MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakakarta: PT Rajagarafindo Persada, 2011), H. 30.

[9] Suryono Dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, h. 80.

[10] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1995), H. 68-69.
[11] B.R. Hergenhann Dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, Terj. Triwibowo B.S, h.284.

[12] B.R. Hergenhann Dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, Terj. Triwibowo B.S, h.285.
[13] Suryono Dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, h. 80.

[14] Suryono Dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, h. 80.
[15] Suryono Dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, h. 81.

[16] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1995), h. 72.

[17] Tim Pengembangan MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran, Kurikulum Dan Pembelajaran,h. 30.

[18] B.R. Hergenhann Dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, Terj. Triwibowo B.S, h.292.

[19] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1995), h. 73.


[20] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1995), h. 74-79.


[21] B.R. Hergenhann Dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, Terj. Triwibowo B.S, h.295.

[22]B.R. Hergenhann Dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning, Terj. Triwibowo B.S, h.297.

[23]Tim Pengembangan MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran, Kurikulum Dan Pembelajaran, h. 199.

[24]Tim Pengembangan MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran, Kurikulum Dan Pembelajaran, h. 200.

1 komentar:

  1. Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
    SITUS GAME KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
    Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
    dengan kemungkinan menang sangat besar.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
    • AduQ
    • BandarQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • FaceBook : @TaipanQQinfo
    • WA :+62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    Come & Join Us!!

    BalasHapus