BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peran yang
sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan
pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia, perkembangan
seluruh aspek kepribadian manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi,
pertanian, arsitektur, dan sebagainya berperan menciptakan sarana dan prasarana
bagi kepentingan manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan
manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkan.
Landasan pengembangan kurikulum
dapat menjadi titik tolak sekaligus titik sampai. Titik tolak berarti
pengembangan kurikulum dapat didorong oleh pembaharuan tertentu seperti
penemuan teori belajar yang baru dan perubahan tuntutan masyarakat terhadap
fungsi sekolah. Titik sampai berarti urikulum harus dikembangkan sedemikian
rupa sehingga dapat merealisasi perkembangan tertentu, seperti dampak kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi tuntutan-tuntutan sejarah masa lalu, perbedaan
latar belakang murid, nilai-nilai masyarakat, dan tuntutan kultur terentu.[1]
Adapun landasan-landasan utama dalam
pengembangan kurikulum yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan
sosial budaya dan landasan perkembangan ilmu dan teknologi. Sedangkan pada
makalah ini hanya dibahas tentang landasan filosofis, landasan psikologis serta
landasan sosial budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan filosofis Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat adalah terjemahan dari bahasa inggris
“phylosophy”yang berasal dari perpaduan bahasa Yunani “philien”
yang berarti cinta (love) dan “sophia” atau wisdomitu yangberarti
artinya kebijaksanaan. Jadi secara etimologi filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau love of wisdom.[2]Secara
operasional filsafat mengandung dua pengertian,
yakni sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai
hasil berfilsafat (sistem teori atau pemikiran).Landasan
filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah pentingnya rumusan yang didapatkan
dari hasil berpikir secara mendalam, analisis, logis, sistematis dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum baik dalam
bentuk kurikulum sebagai rencana (tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk
pelaksanaan di sekolah.
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau
cita-cita masyarakat. Filsafat pendidikan menggambarkan manusia yang ideal yang
diharapkan oleh masyarakat. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan
pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk
merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip belajar serta perangkat pengalaman
belajar yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal
yang pokok yakni:
a.
Cita-cita
nasional
b.
Kebutuhan peserta didik yang hidup di
masyarakat
Filsafat pendidikan sebagai suatu pandangan hidup
bukan menjadi hiasan lidah belaka, melainkan harus meresapi tingkah laku semua
anggota masyarakat. Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam
perilaku sehari-hari. Hal ini menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan
sebagai landasan dalam rangka pengembangan kurikulum.[3]
Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Secara
sederhana dapat ditafsirkan bahwa filsafat pendidikan adalah hal yang diyakini
dan diharapkan oleh seseorang. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau
perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung
cita-cita tentang model manusia yang diharapkan, sesuai dengan
nilai-nilai yang disetujui oleh individu dan masyarakat.[4]
Tujuan pendidikan memuat
pertanyaan-pertanyaan mengenai berbagai kemampuan yang dihadapi dapat dimiliki
oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang dianutnya.
2.
Aliran-aliran filsafat pendidikan
Pengembangan
kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berfikir.
Kajian-kajian filosofis tentang kurilulm akan berupaya menjawab
permasalaha-permasalahan sekitar: 1) bagaimana seharusnya tujuan pendidikan itu
dirumuskan, 2) isi atau materi pendidikan yang bagaimana yang seharusnya
disajikan kepada siswa, 3) metode pendidikan apa yang seharusnya digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan, dan, 4) bagaimana peranan yang seharusnya dilakukan
pendidik dan peserta didik.
Jawaban atas
permasalahn tersebut akan sangat bergantung pada landsan filsafat mana yang
digunakan sebagai asumsi atau sebagai titik tolak pengembangan kurikulum. Landsan
filsafat tertentu beserta konsep-konsepnya yang meliputi konsep metafisika,
epistemologi, humonologi, dan aksiologi berimplikasi terhadap konsep-konsep
pendidikan yang meliputi rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode
pendidikan, peranan pendidik, dan peserta didik.[5]
Menurut buku dasar-dasar
pengembangan kurikulum oleh oemar hamalik landasan filosofis dalam pengembangan
kurikulum beberapa filsafah pendidikan yaitu rekonstruksisme, parenialisme,
esensialisme, progresivisme.[6]
MenurutRedja
Muddyaharjo, terdapat tiga sistempemikiran filsafat yang sangat besar
pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di
Indonesia pada khususnya, yaitu: Idealisme, Reaslisme, dan pragtisme. Redja
Mudyaharjo (2001) merangkum konsep-konsep ketiga aliran filsafat tersebut dan
implikasinya terhadap pendidikan sebagai berikut:
a.
Aliran Idealisme
Tujuan hidup
pada aliran ini adalah mencari kebenaran metafisika spiritual melalui inkuiri
yang cermat, dengan cara mempelajari berbagai macam buku dari penulis-penulis ulung
yang telah mernemukan kebenarannya.[7]
1)
Konsep-konsep
filsafat
(a)
Metafisika
(hakikat manusia), realitas atau kenyataan yang sebenarnya bersifat spiritual atau
rohaniah.
(b)
Humanologi
(hakikat manusia), jiwa dikaruniai kemampuan berpikir/rasional. Kemampuan
berpkir menyebabkan adanya kemampuan memilih.
(c)
Epistemologi
(haklikat pengetahuan), pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan
pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai
oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang:sebagian besar
manusia hanya sampai pada tingkat pendapat.
(d)
Aksiologi
(hakikat nilai): kehidupan manusia diatur oleh kewajiban moral yang diturunkan dari
pandangan tentang kenyataan atau metafisika. Hakikat nilai bersifat
absolut/mutlak.
2)
Konsep-konsep
pendidikan
(a)
Tujuan pendidikan:
tujuan-tujuan pendidikan formal dan informal, pertama-tama adalah pembentukan
karakter, dan kemudian tertuju pada pengembangan bakat dan kebijakan sosial.
(b)
Isi
pendidikan: pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan liberal atau pendidikan
pendidikan umum, penyiapan keterampilan bekerja sesuatu mata pencaharian
melalui pendidikan praktis.
(c)
Metode
pendidikan: metode pendidikan yang disusun adalah metode dialektik/dialogic,
meskipun demikian setiap metode yang efektif mendororng belajar dan diterima.
(d)
Peranan
peserta didikdan pendidik: peserta didik bebas mengembangkan bakat dan
kepribadiannya. Pendidik bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan
kemampuan ilmiah. Tugas utama pendidik adalah menciptakan lingkungan yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar secara efesien dan efektif.[8]
b.
Aliran
Realisme
Tujuan hidup pada aliran ini adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan pemahaman manusia tentang jagad raya melalui
penelitian ilmiah, karena kebenaran hanya ditemukan malalui percobaan-percobaan
untuk menemukan hkum-hukum alam [9]
1)
Konsep-konsep
filsafat
(a)
Metafisika
(hakikat realitas): hakikat manusia terletakpada apa yang dapat dikerjakannya.
Jiwa merupakan sebuah organisme yang sangat kompleks yang mempunyai kemampuan
berpikir.
(b)
Epistemology
(hakikat Pengetahuan): pengetahuan diperoleh melalui pengindraan dengan
menggunakan pikiran. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa
kesesuaiannya dengan fakta.
(c)
Aksiologi
(hakikat nilai): tingka laku manusia diatur oleh hukum alam yang diperoleh melalui
ilmu dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh keboiasaan-kebiasaan atau
adat istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
2)
Konsep-konsep
pendidikan
(a)
Tujuan
pendidikan: tujuan pendidikan adalah dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam
hidup dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial.
(b)
Isi
pendidikan: isi pendidikan adalah kerikulum komprehensif yang berisi semua
pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab
sosial. Kurikulum berisi unsur-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan
bekerja.
(c)
Metode
pendidikan didasarkan pada pengalaman langsung maupun tidak langsung. metodemengajar
hendaknya bersifat logis, bertahap atau berturutan. Pembiasaan merupakan sebuah
metode pokok yang dipergunakan oleh penganut realisme.
(d)
Peranan
peserta didik dan pendidik: dalam hubungannya dengan pembelajaran, peranan
peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang dapat berubah-ubah. Pserta
didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebijakan.
Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dan teknik mendidik dan
memiliki kewenangan untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebakan kepadanya.[10]
c.
Aliran Pragmatisme
Tujuan hidup
menurut aliran ini adalah untukmencari kebenaran sosial yang menguntungkan bagi
umat manusia dengan lingkungannya dengan menerapkan prinsip falsafah yang
humanistik melalui trial and error. Kebenaran dipandang sesuatu yang
memperbaiki hidup umat manusia, karenanyamanaruh perhatian terhadap
masalah-masalah sosial yang kritis yang mengancam kesejahteraan manusia.[11]
1)
Konsep-konsep
filsafat
(a)
Metafisika (hakikat
realitas): suatu teori umum tentang kenyataan tidak mungkin dan tidak perlu.
Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik. Segala sesuatu dalam alam dan
kehidupan adalah berubah (becoming).
(b) Humonologi (hakikat manusia): manusia
adalah hasil evolusi biologis, psikologis, dan sosial. Ini berarti setiap
manusia tumbuh secara berangsur-angsurmencapai kemmampuan-kemampuan biologis,
psikologis dan sosial.
(c) Epistemology (hakikat
pengetahuan): pengetahuan bersifat relatif dan terus berkembang. Pengetahuan yang
benar adalah yang ternyata berguna bagi kehidupan.
(d) Aksiologi (hakikat nilai):
ukuran tingkah laku perorangan dan sosial ditentukan secara eksperimen dalam
pengalaman-pengalaman hidup. Ini berarti tidakada nilai yang obsolut.
2) Konsep-konsep pendidikan
(a) Tujuan pendidikan: tujuan
pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan
masalah-masalah baru dalam kehidupan perorangan dan masyarakat. Tujuan
pendidikan tidak ditentukan dari luar kegiatan pendidikan, tetapi terdapat
dalam setiap proses pendidikan. dengan demikian, tujuan pendidikan adalah
pertumbuhan sepanjang hidup.
(b) Isi pendidikan: isi pendidikan
adalah kurikulum berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji serta
minat-minat dan kebutuhan-kebutuhan anak.
(c) Metode pendidikan: berpikir
reflektif atau metode pemecahan masalah merupakan metode utamanya, terdiri atas
langkah-langkah penyadaran suatu masalah, observasi kondisi-kondisi yang ada,
perumusan dan elaborasi tentang suatu kesimpulan, pengetasan mealalui suatu eksperimen.
(d) Perananan peserta didik dan
pendidik: peserta didik adalah sebuah organisme yang rumit yang mampu tumbuh,
peranan pendidik adalah mengawasi dan membimbing pengalaman belajar tanpa
terlampau banyak mencampuri urusan minat dan kebutuhan pesertya didik.[12]
3.
Manfaat filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan pada
dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiranfilsafatuntukmemecahkan semuapermasalahan-permasalahan
pendidikan.Dengan demikian filsafat ini memiliki manfaatdan memberikan
kontribusi yang besar terutama dalam memberikan
kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan
pendidikan.
Nasution (2006)
mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:
1.
Filsafat
pendidikan dapat menentukan arah akan
dibawa ke mana anak-anak melalui pendidikan di sekolah?
Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-anak ke
arah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
2.
Dengan
adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh
filsafat yang dianut, kita mendapat gambaran yang
jelas tentang hasil yang harus dicapai. Manusia
yang bagaimanakah yang harus diwujudkan melalui usaha-usaha
pendidikan itu?
3.
Filsafat
dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang
bulat kepada segala usaha pendidikan.
4.
Tujuan
pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu
tercapai.
5.
Tujuan pendidikan memberikan
motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.[13]
4.
Hubungan Kurikulum Dengan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan karena tujuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa,
maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan filsafah atau
pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum
pendidikan di suatu Negara dalam filsafat Negara yang dianutnya. Sebagai contoh
pada waktu bangsa Indonesia dijajah belanda, maka kurikulum yang dianut pada
masa itu sangat berorientasi pada kepentingan polotik belanda. Dengan demikian pula
saat Negara kita dijajah jepang, maka orientasi kurikulumnya disesuaikan dengan
kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh Negara Matahari Terbit tersebut.
Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya yang secara bulat dan utuh
menggunakan Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan
nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Perumusan tujuan pendidikan, penyusunan
program pendidikan, pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi
pendidikan, peranan yang harus dilakukan pendidik/peserta didik senantiasa
harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
5.
Pendekatan filsafat terhadap pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah salah satu upaya
menghampiri makna pembelajaran melalui suatu cara pandang dan pandangan
tertentu; atau aplikasi suatu cara pandang dan pandangan tertentu dalam
memahami makna pembelajaran. Berbagai pendekatan dalam rangtka memahami makna
pembelajaran anta lain: pendekatan fulsafati, pendekatan psikologi dan
pendekatan sistem.
a.
Pendekatan
filsafati terhadap pembelajaran
Sebagaimana
telah diuraikan pada pokok bahasan “Landasan-landasan pengembangan kurikulum”,
di dalam filsafat terdapat berbagai aliran, antara lain: idealisme, realisme,
pragmatis, eksistensialisme, dan sebagainya. Sehubungan dengan ini G. F Kneller
(1971), E.J. Power (1982), Callahan dan Clark (1983) mengemukakan adanyaberbagai
aliran filsafat pendidikan. Setiap aliran filsafat tersebut memiliki konsepsi
yang berbeda-beda mengenai pendidikan dan pembelajaran. Konsepsi dan makna
pembelajaran berdasarkan pendekatan beberapa aliran filsafat pendiodikan yang
berbeda tersebut dipaparkan sebagai berikut:[14]
1)
Idealisme:
pembelajaran adalah kegiatan tanya jawab (dialektika) antara guru dan siswa,
melatih keterampilan berpikir siswa, serta pemberian teladan dalam hal
pengetahuan, nilao dan moral dalam keyakinan dan tingfkah laku guru, agar siswa
dapat menemukan jawaban atas masalah yang dihadapinya sehingga dapat menguasai
pengetahuan yang sudah diterima dan dapat mengembangkan karakter dan
bakat-bakatnya.
2)
Realisme:
pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi lingkungan dengan
disiplin tertentu untuk dialami siswa, agar siswa menguasai pengetahuan yang
esensial yang terbentuk kebiasaan-kebiasaan, sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya, serta mampu melaksanakan
tanggung jawab sosial.
3)
Pragmatisme:
pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa belajar
memecahkan masalah melalui aktivitas/kerja, inquiry tau sesuai minat, bakat dan
kebutuhan siswa, yang dilakukan secara
terpadu dan konstektual dengan realitas yang dipandang selalu berubah, agar
siswa mampu memecahkan berbagai masalah hidup pribadi dan sosial yang dihadapinya
secara demoktaris.
4)
Konstruksivisme:
pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa berpikir,
agar siswa dapat mengembangkan konsep dan pengertian tentang sesuatu sebagai
hasil konstruksi aktif siswa sendiri melalui pengalaman yang sesuai dengan
situasi dunia nyata siswa.
5)
Eksistensialisme:
pembelajaran adalah kegiatan guru mendampingi siswa (belajar) berdasarkan minat
bakat dan kebutuhan-kebutuhannya. Untuk sampai pada penyadaran diri dan
mengembangkan komitmen yang berhasil mengenai sesuatu yang penting dan bermakna
bagi eksistensinya (keberadaannya).[15]
6) Filsafat pendidikan nasional (pancasila):
pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Tujuan
pembelajaran meliputi berbagai kompetensi yang dijabarkan dari tujuan
pendidikan nasional. Dan diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan
nasional.Yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.[16]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pada prinsipnya
ada empat landasan pokok yang harus dijadikan
dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, dan sesuai dengan inti pembahasan
kami maka dapat disimpulkan tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni sebagai
berikut :
Landasan Filosofisyaitu
asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat
pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi
titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Asumsi-asumsi
filosofis tersebut berimplikasi pada perumusan tujuan pendidikan,
pengembanganisiataumateri-materiyang bersangkutan pada pendidikan,penentuan
strategi, serta pada peranan peserta didik
dan peranan pendidik.
Tujuan pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada pandangan hidup
masyarakat, berbangsa dan bernegara yaitu pancasila. Ini berarti bahwa
pendidikan di Indonesia harus membawa pserta didik agar menjadi manusia yang
ber-pancasila dan kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapaiu tujuan
pendidikan tersebut.
[1]Soetopo, Hendyat, Soemanto, Wasty, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta:
PT Bumi Aksara, 1993), h. 46.
[2]Redja Mudyahardo, Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan,
(Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, 2008) h.83.
[3]Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT
Remaja Rosydakarya, Bandung), h. 60.
[4]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta, Bumi
Aksara:2008)hal, 19-20
[5]Tim Pengembangan MKDP Kurikulu,m dan Pembelajaran, kurikulum dan
pembelajaran, (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), h. 22.
[6]Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, h. 62-64.
[7]Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 80.
[8]Tim Pengembangan MKDP Kurikulu,m dan Pembelajaran, kurikulum dan
pembelajaran, h. 22-23.
[9]Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, h. 80.
[10]Tim Pengembangan MKDP Kurikulu,m dan Pembelajaran, kurikulum dan
pembelajaran, h. 23-24.
[11]Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, h. 80-81.
[12] Tim Pengembangan MKDP Kurikulu,m dan Pembelajaran, kurikulum dan
pembelajaran, h. 24-25.
[13]Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran, (Bandung: Sinar Grafika
Offset, 2006), h. 15-16.
[14]Tim Pengembangan MKDP Kurikulu,m dan Pembelajaran, kurikulum dan
pembelajaran, h. 190.
[15]Tim Pengembangan MKDP Kurikulu,m dan Pembelajaran, kurikulum dan
pembelajaran, h. 192.
[16]Tim Pengembangan MKDP Kurikulu,m dan Pembelajaran, kurikulum dan
pembelajaran, h. 193.
Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
BalasHapusSITUS GAME KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
• AduQ
• BandarQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• FaceBook : @TaipanQQinfo
• WA :+62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Come & Join Us!!